Jumat, 12 Januari 2018

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam



PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Dr. H. Sutrisno, SE, M.Pd. MM.

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1.    Rismaya Nikmatul Hida Saskia Putri (20162504849)

2.    Siti Miftahul Jannah (20162504667)

3.    Rohmah Sudar Wulan (2016504811)

4.    Mochammad Siswono (20162504643)

5.    Mohammad Faizin (20162504703)


PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI/D)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKHDUM IBRAHIM
Jl. Manunggal No. 10-12 Telp/fax. (0356) 331572 Tuban-Jawa Timur
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, yang dengan limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam” yang membahas tentang Pendekatan pengembangan kurikulum pendidikan agama islam
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam Bapak : Dr. H. Sutrisno, SE, M.Pd. MM. serta semua pihak  yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun  makalah ini. Oleh karena itu,  kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

                                                               Tuban, 19 Oktober 2017
                                        Penyusun

                                            Kelompok 5



DAFTAR ISI



BAB I

PENDAHULUAN

      Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar ynag harus dimiliki setiap siswa. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai sesuatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.
      Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan diwujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Maka pada makalah ini penulis akan membahas beberapa pendekatan yang digunakan dalam rangka mengembangkan kurikulum pendidikan Islam.
1.2  Rumusan masalah
1.    Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam?
2.    Apa saja bentuk pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui pengertian pendekatan pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam
2.    Mengetahui bentuk pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pendekatan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Sukmadinata (2000:I) mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum adalah penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Di satu sisi pengembangan kurikulum merupakan penyusunan seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, hingga pedoman pelaksanaannya (macro curriculum), dan di sisi lain berkenaan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun pusat menjadi rencana dan persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru, seperti penyusunan Rencana Tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan sebagainya (micro curriculum).[1]
Dengan melihat dua cakupan pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangannya. 1. Pendekatan Top Down 2. Pendekatan Grass Roots
1.    Pendekatan Top Down, Pengembangan kurikulum pada pendekatan ini muncul dari pejabat pendidikan atau para administrator atau pemegang kebijakan pendidikan seperti dirjen atau Kepala Kantor Wilayah. Semacam garis komando, pengembangan kurikulum kemudian diteruskan ke bawah, sehingga pendekatan ini disebut juga line staff model. Pendekatan ini biasa digunakan Negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi. Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun tim pengarah. Anggota tim ini adalah para ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior yang sudah berpengalaman. Tim ini bertugas merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat bantu petunjuk evaluasi, serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum untuk guru. Bila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan atau revisi. Bila perlu kurikulum tersebut akan diujicoba , dievaluasi, dan disempurnakan.Para asministrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun tersebut. Dari langkah-langkah tersebut tampak bahwa inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pemegang kebijakan pendidikan, sedangkan guru hanya bertugas sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kurikulum, sehingga disebut pendekatan dengan system komando.
2.    Pendekatan Grass Roots Pada pendekatan ini inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada wilayah yang lebih luas, karena itu pendekatan ini disebut pendekatan dari bawah ke atas. Pendekatan ini lebih banyak digunakan untuk penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun terkadang juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction).[2] Dalam pelaksanaanya terdapat dua syarat yang harus dipenuhi :
a.    Kurikulum yang dikembangkan bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. 
b.   Guru memiliki sikap professional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai, yang ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kinerjanya, selalu menambah pengetahuan dan wawasannya, untuk menacapai kesempurnaan.  
Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan pendekatan ini meliputi:
a.    Menyadari adanya masalah, karena pendekatan ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku.
b.    Mengadakan refleksi, yaitu dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian, internet, diskusi, wawancara dsb.
c.    Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, dengan memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
d.    Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Penentuan di sini juga disertai dengan kajian terhadap berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini untuk dapat diatasi.
e.    Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Di sini bisa dilakukan dengan diskusi antar teman sejawat.
f.      Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grassroot. Langkah ini penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain sehingga hasil pengembangan tersebut semakin tersebar.
Pada pedekatan Gross Roots ini guru berperan lebih dari sekedar pelaksana kurikulum, bahkan peran guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum sangat menentukan, sedangkan administrator tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator. Pendekatan ini dimungkinkan pada negara dengan system pendidikan yang desentralisasi, sebab kebijakan pendidikan tidak ditentukan oleh pusat, tetapi ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah, karena itu, untuk memperoleh kualitas lulusan sekolah, dapat terjadi persaingan antar sekolah atau antar daerah.[3]
2.1    Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI
Didalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: Pendekatan Berbasis Humanistik, Pendekatan Berbasis Akademik, Pendekatan Berbasis Rekayasa Sosial, Pendekatan Berbasis Kompetensi.
1.      Pendekatan Berbasis Humanistik, Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Kurikulum Humanistis dikembangkan oleh para ahli pendidikan Humanistis. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Dengan Kurikulum Humanistik ini, guru diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya. Dalam pendekatan Humanistik peserta didik diajar untuk membedakan hasil berdasarkan maknanya. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta dimasa depan. Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.[4]
2.      Pendekatan Berbasis Akademik, Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan berbasis akademik dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum berbasis akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.[5]
3.      Pendekatan Berbasis Rekayasa Sosial, Kurikulum ini sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Kurikulum ini bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Permasalahan yang muncul tidak harus pengetahuan sosial saja, tetapi di setiap disiplin ilmu termasuk ekonomi, kimia, matematika dan lain-lain. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama. Melalui interaksi ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyrakat yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan:
a.       Survey kritis terhadap suatu masyarakat.
b.      Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi nasional atau internasional.
c.       Study pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi lokal.
d.      Uji coba kaitan praktek politik dengan perekonomian.
e.       Berbagai pertimbangan perubahan politik.
f.        Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial harus memenuhi kriteria: Nyata, membutuhkan tindakan dan harus mengajarkan nilai. Evaluasi dalam kurikulum rekontruksi sosial mencakup spektrum luas, yaitu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan permasalahan, kemungkinan pemecahan masalah, pendefinisian kembali pandangan mereka dan kemauan mengambil tindakan.[6]
4.      Pendekatan Berbasis Kompetensi, atau biasanya juga disebut pendekatan Kompetensi Berbasis Kurikulum (KBK) dapat diartikan sebagai suatu kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapainnya dapat dinikmati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membentuk peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.[7]


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan Pendekatan pengembangan kurikulum ialah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Humanistik ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan konsep diri siswa berkorelasi tinggi dengan prestasi akademis. Siswa dengan konsep diri rendah lebih banyak mengalami kesulitan belajar dari pada siswa dengan konsep diri positif Pendekatan Rekayasa Sosial ini juga disebut rekonstruksi sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, rasialisme, interdependensi, global, kemiskinan, malapetaka akibat kemajuan teknologi, perang dan damai, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lain-lain.
3.2              Saran
Diharapkan bagi seluruh mahasiswa pada umumnya, dan mahasiswa semester tiga pada khusunya agar lebih belajar dengan giat tentang Materi Pengembangan Kurikulum PAI, agar kita lebih mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum itu sendiri, khususnya mengetahui tentang Materi Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI.

DAFTAR PUSTAKA


Muhaimin. 2005 . Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi . Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2008 . Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group
Asrohah, Hanun. 2013 . Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Akik Kopertais IV Press



[1] Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaranya, 2008,hlm.77.

[2] Asrohan, Hanun.  Alamsyah, Anas Amin,  Pengembangan Kurikulum, 20113,hlm.87-90.
[3] Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaranya, 2008,hlm.78-82.
[4] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, 2014,hlm.142-163
[5]  Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, 2014,hlm.140-142
[6] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, 2014,hlm.173-181
[7] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, 2014,hlm.163-172