PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Dr. H.
Sutrisno, SE, M.Pd. MM.
Disusun Oleh Kelompok 5 :
1. Rismaya Nikmatul Hida Saskia Putri (20162504849)
2. Siti Miftahul Jannah (20162504667)
3. Rohmah Sudar Wulan (2016504811)
4. Mochammad Siswono (20162504643)
5. Mohammad Faizin (20162504703)
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI/D)
SEKOLAH TINGGI
ILMU TARBIYAH MAKHDUM IBRAHIM
Jl. Manunggal No. 10-12 Telp/fax.
(0356) 331572 Tuban-Jawa Timur
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur Alhamdulillah kami
panjatkan kehadirat Illahi Robbi, yang dengan limpahan rahmat, taufiq, hidayah
dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam” yang
membahas tentang Pendekatan pengembangan kurikulum
pendidikan agama islam
Akhirnya, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Pendidikan Islam Bapak : Dr. H. Sutrisno, SE, M.Pd. MM. serta semua
pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyelesaian makalah
ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tuban,
19 Oktober 2017
Penyusun
Kelompok
5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan salah satu komponen
yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum
bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah
pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar
ynag harus dimiliki setiap siswa. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai sesuatu rencana atau program, kurikulum
tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran.
Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka
pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.
Dalam
kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan
pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli
bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, serta unsur-unsur masyarakat
lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para
pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai
tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kelas
merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua konsep,
prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam
bentuk perbuatan, yang akan diwujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup.
Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya
terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan
keberhasilan kurikulum. dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan
pengembang kurikulum sesungguhnya.
Oleh
karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang
pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Maka pada
makalah ini penulis akan membahas beberapa pendekatan yang digunakan dalam
rangka mengembangkan kurikulum pendidikan Islam.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa
pengertian pendekatan pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam?
2.
Apa
saja bentuk pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama
Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian pendekatan pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam
2.
Mengetahui
bentuk pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama
Islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Pendekatan juga dapat diartikan
sebagai cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pendekatan
pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum.
Sukmadinata (2000:I) mengemukakan bahwa pengembangan
kurikulum adalah penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum
construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum
improvement). Di satu sisi pengembangan kurikulum merupakan penyusunan seluruh
perangkat kurikulum mulai dari dasar, struktur dan sebaran mata pelajaran,
garis-garis besar program pengajaran, hingga pedoman pelaksanaannya (macro
curriculum), dan di sisi lain berkenaan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang
telah disusun pusat menjadi rencana dan persiapan mengajar yang lebih khusus,
yang dikerjakan oleh guru, seperti penyusunan Rencana Tahunan, caturwulan,
satuan pelajaran, dan sebagainya (micro curriculum).[1]
Dengan melihat dua cakupan
pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pengembangannya. 1. Pendekatan Top Down 2. Pendekatan Grass Roots
1. Pendekatan Top Down, Pengembangan
kurikulum pada pendekatan ini muncul dari pejabat pendidikan atau para
administrator atau pemegang kebijakan pendidikan seperti dirjen atau Kepala
Kantor Wilayah. Semacam garis komando, pengembangan kurikulum kemudian
diteruskan ke bawah, sehingga pendekatan ini disebut juga line staff
model. Pendekatan ini biasa digunakan Negara yang memiliki sistem pendidikan
sentralisasi. Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau
rumusan-rumusan yang telah disusun tim pengarah. Anggota tim ini adalah para
ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan
guru-guru senior yang sudah berpengalaman. Tim ini bertugas merumuskan
tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan umum, memilih dan menyusun
sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat bantu petunjuk
evaluasi, serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum untuk guru. Bila
kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya
hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan atau
revisi. Bila perlu kurikulum tersebut akan diujicoba , dievaluasi, dan
disempurnakan.Para asministrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap
sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun tersebut. Dari
langkah-langkah tersebut tampak bahwa inisiatif pengembangan kurikulum berasal
dari pemegang kebijakan pendidikan, sedangkan guru hanya bertugas sebagai
pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kurikulum,
sehingga disebut pendekatan dengan system komando.
2. Pendekatan Grass Roots Pada
pendekatan ini inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari
guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada wilayah yang lebih
luas, karena itu pendekatan ini disebut pendekatan dari bawah ke atas.
Pendekatan ini lebih banyak digunakan untuk penyempurnaan kurikulum (curriculum
improvement), walaupun terkadang juga digunakan dalam pengembangan kurikulum
baru (curriculum construction).[2]
Dalam pelaksanaanya terdapat dua syarat yang harus dipenuhi :
a. Kurikulum yang dikembangkan bersifat
lentur sehingga memberikan kesempatan
kepada setiap guru secara terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan
kurikulum yang sedang diberlakukan.
b. Guru memiliki sikap professional
yang tinggi disertai
kemampuan yang memadai, yang ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan
mencoba sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kinerjanya, selalu menambah
pengetahuan dan wawasannya, untuk menacapai kesempurnaan.
Adapun
langkah-langkah untuk melaksanakan pendekatan ini meliputi:
a. Menyadari adanya masalah, karena
pendekatan ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang
berlaku.
b. Mengadakan refleksi, yaitu dengan
mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil
penelitian, internet, diskusi, wawancara dsb.
c. Mengajukan hipotesis atau jawaban
sementara, dengan memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara
penanggulangannya.
d. Menentukan hipotesis yang sangat
mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.
Penentuan di sini juga disertai dengan kajian terhadap berbagai hambatan yang
akan terjadi sehingga lebih dini untuk dapat diatasi.
e. Mengimplementasikan perencanaan dan
mengevaluasinya secara terus menerus hingga masalah yang dihadapi dapat
terpecahkan. Di sini bisa dilakukan dengan diskusi antar teman sejawat.
f. Membuat dan menyusun laporan hasil
pelaksanaan pengembangan melalui grassroot. Langkah ini penting dilakukan
sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat
dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain sehingga hasil pengembangan
tersebut semakin tersebar.
Pada pedekatan Gross Roots ini guru
berperan lebih dari sekedar pelaksana kurikulum, bahkan peran guru sebagai
implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum sangat menentukan, sedangkan
administrator tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan, tetapi hanya
sebagai motivator dan fasilitator. Pendekatan ini dimungkinkan pada negara
dengan system pendidikan yang desentralisasi, sebab kebijakan pendidikan tidak
ditentukan oleh pusat, tetapi ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah,
karena itu, untuk memperoleh kualitas lulusan sekolah, dapat terjadi persaingan
antar sekolah atau antar daerah.[3]
2.1
Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI
Didalam teori kurikulum
setidak-tidaknya terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu: Pendekatan Berbasis Humanistik, Pendekatan
Berbasis Akademik, Pendekatan Berbasis Rekayasa Sosial, Pendekatan Berbasis
Kompetensi.
1.
Pendekatan Berbasis Humanistik, Pendekatan Humanistik dalam
pengembangan kurikulum bertolak dari ide "memanusiakan manusia".
Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human,
untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar
evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Kurikulum Humanistis
dikembangkan oleh para ahli pendidikan Humanistis. Kurikulum ini berdasarkan
konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey. Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. Dengan Kurikulum Humanistik ini, guru
diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya.
Dalam pendekatan Humanistik peserta didik diajar untuk membedakan hasil
berdasarkan maknanya. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat
untuk peserta dimasa depan. Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini
menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat
intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.[4]
2.
Pendekatan Berbasis Akademik, Kurikulum disajikan dalam
bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan. Ciri-ciri
ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan
berbasis akademik dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan
pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus
mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk
masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati,
hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan
kurikulum berbasis akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata
kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan
pengembangan disiplin ilmu.[5]
3.
Pendekatan Berbasis Rekayasa Sosial, Kurikulum ini sangat
memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik
perkembangan ekonomi. Kurikulum ini bertujuan untuk menghadapkan peserta didik
pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Permasalahan yang muncul
tidak harus pengetahuan sosial saja, tetapi di setiap disiplin ilmu termasuk
ekonomi, kimia, matematika dan lain-lain. Kurikulum ini bersumber pada aliran
pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan
kegiatan bersama. Melalui interaksi ini siswa berusaha memecahkan
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan
masyrakat yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi
sosial antara lain melibatkan:
a. Survey kritis terhadap suatu
masyarakat.
b. Studi yang melihat hubungan antara
ekonomi lokal dengan ekonomi nasional atau internasional.
c. Study pengaruh sejarah dan kecenderungan
situasi ekonomi lokal.
d. Uji coba kaitan praktek politik
dengan perekonomian.
e. Berbagai pertimbangan perubahan
politik.
f.
Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Pembelajaran
yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial harus memenuhi kriteria:
Nyata, membutuhkan tindakan dan harus mengajarkan nilai. Evaluasi dalam
kurikulum rekontruksi sosial mencakup spektrum luas, yaitu kemampuan
peserta didik dalam menyampaikan permasalahan, kemungkinan pemecahan masalah,
pendefinisian kembali pandangan mereka dan kemauan mengambil tindakan.[6]
4. Pendekatan Berbasis Kompetensi, atau
biasanya juga disebut pendekatan Kompetensi Berbasis Kurikulum (KBK) dapat
diartikan sebagai suatu kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan
penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
sehingga pencapainnya dapat dinikmati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan
peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu
diarahkan untuk membentuk peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat
kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap
peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.[7]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
Pendekatan pengembangan kurikulum ialah cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang
sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Pendekatan
Pengembangan Kurikulum Humanistik ini berpusat pada siswa dan mengutamakan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari
proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan konsep diri siswa berkorelasi
tinggi dengan prestasi akademis. Siswa dengan konsep diri rendah lebih banyak
mengalami kesulitan belajar dari pada siswa dengan konsep diri positif
Pendekatan Rekayasa Sosial ini juga disebut rekonstruksi sosial karena
memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam
masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, rasialisme, interdependensi,
global, kemiskinan, malapetaka akibat kemajuan teknologi, perang dan damai,
keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lain-lain.
3.2
Saran
Diharapkan
bagi seluruh mahasiswa pada umumnya, dan mahasiswa semester tiga pada khusunya
agar lebih belajar dengan giat tentang Materi Pengembangan Kurikulum PAI, agar
kita lebih mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum itu sendiri, khususnya
mengetahui tentang Materi Pendekatan
Pengembangan Kurikulum PAI.
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin. 2005 . Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi . Jakarta
: Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2008 . Kurikulum Dan
Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group
Asrohah, Hanun. 2013 . Pengembangan Kurikulum.
Surabaya: Akik Kopertais IV Press